29 Oct 2025

Mengapa CEO Harus Turun Langsung Memahami Customer Journey

Dalam era bisnis modern yang kompetitif, data dan strategi bukan lagi satu-satunya faktor sukses. Perusahaan besar kini menyadari bahwa kekuatan sesungguhnya terletak pada pemahaman mendalam terhadap pelanggan. Namun, sayangnya, masih banyak CEO yang hanya mengenal pelanggan lewat laporan mingguan, dashboard analytics, atau hasil survei kepuasan. Padahal di balik setiap angka, ada cerita manusia yang menentukan arah keberlanjutan bisnis. Seorang CEO yang benar-benar memahami customer journey perjalanan menyeluruh pelanggan dari mengenal hingga loyal terhadap brand akan mampu membuat keputusan strategis yang lebih tajam, empatik, dan berdampak jangka panjang.

1️⃣ Apa Itu Customer Journey dan Mengapa Penting?

Customer journey adalah serangkaian pengalaman yang dilalui pelanggan dalam berinteraksi dengan bisnis mulai dari tahap awareness, consideration, purchase, usage, hingga loyalty. Setiap titik kontak (touchpoint) di sepanjang perjalanan ini menciptakan persepsi, emosi, dan penilaian pelanggan terhadap perusahaan. Contohnya:
  • Saat pelanggan melihat iklan untuk pertama kali (awareness)
  • Mengunjungi situs web untuk membandingkan harga (consideration)
  • Menghubungi CS sebelum membeli (decision)
  • Menggunakan produk dan memberikan ulasan (experience)
  • Rekomendasi ke teman atau melakukan pembelian ulang (loyalty)
Mengapa CEO harus peduli? Karena di setiap tahap inilah value real dari brand tercipta bukan hanya melalui produk, tetapi dari pengalaman yang konsisten dan bermakna. Masalahnya, Banyak perusahaan besar tumbuh cepat, tapi kehilangan sentuhan manusia di tengah perjalanan. Hal ini sering terjadi ketika manajemen puncak terlalu fokus pada data dan kinerja finansial, sementara sisi pengalaman pelanggan tidak tersentuh langsung. Beberapa dampak nyata dari situasi ini:
  • 🔸 Strategi tidak relevan: Keputusan dibuat berdasarkan asumsi, bukan realitas pelanggan di lapangan.
  • 🔸 Kesenjangan antar divisi: Marketing, sales, dan layanan pelanggan berjalan sendiri-sendiri tanpa satu peta perjalanan pelanggan yang sama.
  • 🔸 Inovasi yang salah arah: Produk dikembangkan tanpa mempertimbangkan titik frustrasi pelanggan sesungguhnya.
  • 🔸 Kehilangan loyalitas pelanggan: Pelanggan merasa tidak dipahami dan beralih ke kompetitor yang lebih empatik.
Singkatnya: bisnis kehilangan arah karena pemimpin tidak mengenal pelanggannya dengan cukup dekat.

Mengapa CEO Harus Turun Langsung Memahami Customer Journey

A. Untuk Membuat Keputusan yang Lebih Relevan dan Akurat

CEO adalah pengambil keputusan strategis. Dengan memahami customer journey secara langsung, keputusan bisnis akan lebih berbasis realita lapangan, bukan sekadar laporan analisis. Misalnya, mengetahui mengapa pelanggan berhenti di tahap “consideration” bisa membantu menentukan strategi produk atau komunikasi yang lebih tepat sasaran.

B. Untuk Menyatukan Visi Antar Divisi

Customer journey tidak berhenti di marketing, ia menyentuh semua fungsi bisnis: sales, support, produk, bahkan keuangan. Ketika CEO memahami seluruh alurnya, ia bisa menjadi penjembatan antar divisi dan memastikan semua tim bergerak dalam arah yang sama: memberikan pengalaman terbaik untuk pelanggan.

C. Untuk Menumbuhkan Budaya “Customer-Centric”

Budaya organisasi selalu dimulai dari puncak. Jika CEO menunjukkan kepedulian terhadap pelanggan — membaca feedback, mencoba layanan sendiri, bahkan mendengar langsung keluhan pelanggan — maka seluruh tim akan meniru pola itu. Hasilnya: terbentuk budaya perusahaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, bukan hanya angka.

D. Untuk Menemukan Insight yang Tidak Terlihat di Laporan

Data memberi angka, tapi tidak selalu menjelaskan “mengapa.” Dengan turun langsung ke lapangan, CEO bisa menemukan insight yang tak terukur:
  • Mengapa pelanggan kecewa pada proses onboarding
  • Apa hambatan kecil yang membuat calon klien mundur
  • Apa momen yang sebenarnya membuat pelanggan jatuh cinta pada produk
Insight seperti ini bisa menjadi dasar inovasi besar berikutnya.

Studi Kasus: Perusahaan yang CEO-nya Aktif dalam Customer Journey

Jeff Bezos (Amazon)

Bezos terkenal selalu meninggalkan satu kursi kosong di ruang rapat simbol bahwa “kursi itu milik pelanggan.” Setiap keputusan harus mempertimbangkan dampaknya terhadap pelanggan. Hasilnya? Amazon menjadi salah satu perusahaan paling customer-centric di dunia.

Howard Schultz (Starbucks)

Schultz sering turun langsung ke gerai untuk berbicara dengan pelanggan dan barista. Ia percaya bahwa pemahaman pengalaman pelanggan dimulai dari interaksi paling sederhana, secangkir kopi dan percakapan hangat.

Tony Hsieh (Zappos)

Almarhum Tony Hsieh bahkan memimpin budaya layanan pelanggan dengan filosofi “Deliver WOW.” Ia memastikan seluruh tim, termasuk dirinya sendiri, memahami apa yang pelanggan rasakan saat berinteraksi dengan Zappos.

Bagaimana CEO Bisa Turun Langsung Tanpa Mengganggu Operasional

Menjadi dekat dengan pelanggan tidak berarti harus hadir di setiap transaksi. Berikut beberapa pendekatan efektif:
  1. Cobalah pengalaman pelanggan secara langsung – pesan produk sendiri, gunakan layanan perusahaan seolah Anda pelanggan baru.
  2. Dengarkan customer service calls secara berkala – ini membuka wawasan nyata tentang apa yang pelanggan alami setiap hari.
  3. Adakan sesi “Voice of Customer” bulanan – undang pelanggan terpilih untuk berdiskusi langsung dengan tim manajemen.
  4. Gunakan dashboard customer journey – pantau data lintas divisi secara real-time agar keputusan strategis selalu berbasis fakta.
  5. Bangun sistem feedback internal – dorong tim frontliner untuk rutin menyampaikan insight dari pelanggan ke level eksekutif.
Dengan cara ini, CEO dapat tetap strategis sekaligus empatik secara operasional.

Apa Dampak Langsung bagi Bisnis?

Ketika CEO memahami customer journey secara mendalam, efeknya menyebar ke seluruh organisasi:
  1. Peningkatan retensi pelanggan – karena perusahaan lebih responsif terhadap kebutuhan mereka
  2. Produktivitas antar divisi meningkat – semua tim bekerja menuju tujuan pelanggan yang sama
  3. Keputusan lebih cepat dan tepat – karena didasarkan pada data dan empati
  4. Citra merek menguat – pelanggan merasakan kedekatan emosional yang tidak bisa ditiru pesaing

Kesimpulan

CEO bukan hanya Chief Executive Officer, tetapi juga seharusnya menjadi Chief Experience Officer. Perannya bukan sekadar mengatur strategi, tetapi mengarahkan organisasi untuk hidup dari perspektif pelanggan. Dengan memahami customer journey secara langsung, CEO menciptakan fondasi bisnis yang:
  • Lebih adaptif terhadap perubahan pasar,
  • Lebih empatik terhadap kebutuhan manusia,
  • Dan lebih kuat dalam membangun loyalitas jangka panjang.
 

Apakah perusahaan Anda sudah memetakan customer journey dengan benar?

Atau justru masih menebak-nebak apa yang pelanggan rasakan? 💡 Jika Anda ingin memahami bagaimana teknologi dapat membantu CEO dan manajemen memantau customer journey secara real-time, 👉 Hubungi tim kami untuk konsultasi strategi dan demo solusi digital yang tepat bagi bisnis Anda.