30 Jan 2025

10 Teknik Peretasan yang Harus Anda Ketahui di 2025

Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, ancaman keamanan siber berkembang pesat, mengintai bisnis dan organisasi tanpa pandang bulu. Dari perusahaan besar hingga startup yang baru berkembang, tidak ada yang benar-benar kebal terhadap serangan siber. Peretas terus mencari celah keamanan, memanfaatkan kelemahan yang sering kali diabaikan atau bahkan tidak disadari oleh perusahaan. Dengan semakin kompleksnya ekosistem digital, aplikasi web security menjadi kunci utama dalam menjaga keamanan data dan sistem dari ancaman yang terus berkembang. Accunetix, sebagai salah satu solusi terdepan dalam penetration testing, membantu bisnis mengidentifikasi dan menutup celah keamanan sebelum dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Exploiting Zero-Day Vulnerabilities

Salah satu ancaman paling berbahaya bagi organisasi adalah eksploitasi zero-day vulnerability, yaitu celah keamanan dalam perangkat lunak yang belum diketahui oleh pengembang dan belum memiliki tambalan (patch). Peretas yang berhasil menemukan celah ini sebelum ada tindakan pencegahan akan memiliki akses penuh untuk mengeksploitasi sistem tanpa hambatan. Serangan ini sering kali menargetkan peramban web dan lampiran email yang membuka aplikasi rentan, memungkinkan peretas menyusup tanpa terdeteksi. Organisasi besar, pemerintah, hingga individu yang memiliki akses ke data bisnis menjadi sasaran utama serangan ini. Untuk melindungi diri dari ancaman zero-day, perusahaan harus menerapkan manajemen tambalan yang ketat, validasi input, serta pemindaian kerentanan secara berkala menggunakan solusi keamanan seperti Accunetix.

Social Engineering

Serangan social engineering memanfaatkan kelemahan terbesar dalam keamanan siber: manusia. Dalam banyak kasus, peretas tidak perlu menggunakan teknik rumit atau perangkat lunak canggih, cukup dengan manipulasi psikologis yang cerdik. Serangan ini sering kali dimulai dengan email atau pesan teks yang menciptakan rasa urgensi, memaksa korban untuk bertindak gegabah, seperti memberikan kredensial login atau mengklik tautan berbahaya. Studi dari IBM mengungkapkan bahwa 90% pelanggaran data bisnis terjadi akibat kesalahan manusia. Oleh karena itu, pelatihan kesadaran keamanan menjadi pertahanan utama terhadap serangan ini. Dengan membekali karyawan dengan pengetahuan untuk mengenali taktik manipulasi ini, bisnis dapat secara signifikan mengurangi risiko serangan social engineering.

Weak or Breached Passwords

Menggunakan kata sandi yang lemah sama seperti membiarkan pintu rumah terbuka bagi pencuri. Kata sandi yang pendek, mudah ditebak, atau digunakan ulang di berbagai platform menjadi celah masuk yang paling umum bagi peretas. Dengan menggunakan teknik seperti brute force dan credential stuffing, peretas dapat menebak atau mengeksploitasi kredensial yang telah bocor dari pelanggaran data sebelumnya. Solusi terbaik adalah menggunakan kata sandi yang kuat, unik, serta menerapkan autentikasi multi-faktor (multi-factor authentication/MFA). Dengan kombinasi ini, bahkan jika kata sandi berhasil dicuri, akses ke sistem tetap dapat dicegah.

Phishing Attacks

Serangan phishing merupakan salah satu metode peretasan paling efektif yang digunakan oleh penyerang untuk mencuri informasi atau menyebarkan malware. Peretas mengirim email atau pesan yang tampak sah, sering kali meniru bank, institusi pemerintah, atau perusahaan besar. Dengan menyertakan tautan atau lampiran berbahaya, korban yang lengah dapat memberikan akses langsung kepada peretas ke data perusahaan yang sensitif. Dalam beberapa kasus, serangan spear phishing lebih berbahaya karena menargetkan individu dengan akses istimewa ke informasi penting. Untuk melindungi bisnis dari phishing, penting untuk menerapkan kebijakan keamanan email yang ketat, melakukan pelatihan kesadaran siber, serta menggunakan pemindai keamanan web seperti Accunetix untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan.

Malware and Ransomware Infections

Malware adalah perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk menyusup, mencuri, atau merusak sistem komputer dan jaringan. Salah satu bentuk malware yang paling merusak adalah ransomware, yang mengenkripsi data perusahaan dan menuntut tebusan agar akses dapat dipulihkan. Banyak perusahaan memilih untuk membayar tebusan daripada kehilangan data, menjadikan ransomware sebagai bisnis menguntungkan bagi peretas. Untuk mencegah serangan ini, organisasi harus menerapkan firewall yang kuat, melakukan pencadangan data secara berkala, dan menggunakan solusi keamanan yang mampu mendeteksi serta mencegah penyebaran malware sebelum terjadi kerusakan lebih lanjut.

Unpatched Software and Misconfigurations

Perangkat lunak yang tidak diperbarui atau salah konfigurasi sering kali menjadi titik masuk bagi peretas. Serangan seperti SQL injection, command execution, dan cross-site scripting (XSS) dapat dengan mudah mengeksploitasi sistem yang memiliki celah keamanan. Kesalahan konfigurasi sistem, seperti menggunakan pengaturan default atau mengabaikan enkripsi, semakin memperbesar risiko serangan. Oleh karena itu, perusahaan harus secara rutin memperbarui perangkat lunak mereka, melakukan audit keamanan, dan menggunakan alat seperti Accunetix untuk memastikan bahwa tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh peretas.

Insider Threats

Ancaman keamanan tidak selalu datang dari luar. Karyawan atau kontraktor yang memiliki akses ke sistem perusahaan juga bisa menjadi ancaman, baik secara sengaja maupun tidak. Dua pertiga dari serangan insider terjadi akibat kelalaian, sementara sisanya dilakukan dengan niat jahat. Karyawan yang tidak puas atau yang telah meninggalkan perusahaan tetapi masih memiliki akses ke sistem dapat menyebabkan kebocoran data atau sabotase internal. Untuk mengurangi risiko ini, organisasi harus menerapkan kebijakan akses ketat, melakukan proses onboarding dan offboarding yang aman, serta menggunakan autentikasi berlapis untuk setiap akses ke sistem penting.

Third-Party Risks and Supply Chain Attacks

Bekerja sama dengan pihak ketiga membawa tantangan tersendiri dalam keamanan siber. Jika vendor atau mitra bisnis memiliki sistem yang rentan, maka organisasi yang bekerja sama dengan mereka juga berisiko terkena dampaknya. Serangan rantai pasokan (supply chain attack) memungkinkan peretas menyusup melalui celah keamanan yang ada di pihak ketiga, yang sering kali lebih sulit dikendalikan oleh organisasi utama. Untuk mengatasi risiko ini, bisnis perlu memastikan bahwa semua mitra dan vendor mematuhi standar keamanan yang ketat dan melakukan audit keamanan secara berkala.

Physical Security Breaches

Ancaman keamanan siber tidak selalu berbentuk digital. Pelanggaran keamanan fisik, seperti pencurian perangkat atau akses ilegal ke ruang server, dapat mengakibatkan kebocoran data yang merugikan. Jika seorang peretas mendapatkan akses ke laptop atau sistem perusahaan, mereka bisa mencuri atau merusak informasi penting. Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan kontrol akses yang ketat, mengenkripsi data, dan memastikan bahwa perangkat yang digunakan karyawan selalu terlindungi dengan kata sandi yang kuat.

WiFi Hacking

Peretas dapat mengeksploitasi jaringan WiFi yang tidak aman untuk menyusup ke sistem perusahaan. Teknik seperti password cracking atau pemasangan rogue access point memungkinkan mereka untuk mencuri data yang dikirimkan melalui jaringan. Untuk mencegah serangan ini, organisasi harus secara berkala mengganti kata sandi WiFi, menggunakan enkripsi yang kuat, serta membatasi akses ke jaringan hanya bagi perangkat yang telah diverifikasi.

Kesimpulan

Keamanan siber bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Dengan semakin canggihnya teknik peretasan, bisnis dan organisasi harus selalu waspada dan menerapkan langkah-langkah proaktif untuk melindungi data mereka. Dengan solusi seperti Accunetix, perusahaan dapat mendeteksi dan menutup celah keamanan sebelum menjadi sasaran serangan, memastikan operasional bisnis tetap aman dan terlindungi.